Powered By Blogger

Selamat Membaca ^_^

Mari mencintai Bahasa Indonesia

Entri Populer

Jumat, 23 Desember 2011

Penulisan Gabungan Kata dalam Bahasa Indonesia

Gabungan kata yang lazim disebut kata majemuk ditulis terpisah.
Contoh: tanda tangan; terima kasih; rumah sakit; tanggung jawab; kambing hitam; dll.
Perhatikan kalau gabungan kata itu mendapatkan imbuhan!
Apabila gabungan kata itu mendapatkan awalan atau akhiran saja, awalan atau akhiran itu harus dirangkai dengan kata yang dekat dengannya. kata lainnya tetap ditulis terpisah dan tidak diberi tanda hubung.
Contoh: berterima kasih; bertanda tangan; tanda tangani; dll.
Apabila gabungan kata itu mendapatkan awalan dan akhiran, penulisan gabungan kata harus serangkai dan tidak diberi tanda hubung.
Contoh: menandatangai; pertanggungjawaban; mengkambinghitamkan; dll.
Gabungan kata yang sudah dianggap satu kata.
Dalam bahasa Indonesia ada gabungan kata yang sudah dianggap padu benar. Arti gabungan kata itu tidak dapat dikembalikan kepada arti kata-kata itu.
Contoh: bumiputra; belasungkawa; sukarela; darmabakti; halalbihalal; kepada; segitiga; padahal; kasatmata; matahari; daripada; barangkali; beasiswa; saputangan; dll
Kata daripada, misalnya, artinya tidak dapat dikembalikan kepada kata dari dan pada. Itu sebabnya, gabungan kata yang sudah dianggap satu kata harus ditulis serangkai.
Gabungan kata yang salah satu unsurnya tidak dapat berdiri sendiri sebagai satu kata yang mengandung arti penuh, unsur itu hanya muncul dalam kombinasinya.
Contoh: tunanetra; tunawisma; narasumber; dwiwarna; perilaku; pascasarjana; subseksi; dll.
Kata tuna berarti tidak punya, tetapi jika ada yang bertanya, “Kamu punya uang?” kita tidak akan menjawabnya dengan “tuna”. Begitu juga dengan kata dwi, yang berarti dua, kita tidak akan berkata, “saya punya dwi adik laki-laki.” Karena itulah gabungan kata ini harus ditulis dirangkai.
Perhatikan gabungan kata berikut!
  1. Jika unsur terikat itu diikuti oleh kata yang huruf awalnya kapital, di antara kedua unsur itu diberi tanda hubung.
Contoh: non-Indonesia; SIM-ku; KTP-mu.
  1. Unsur maha dan peri ditulis serangkai dengan unsur yang berikutnya, yang berupa kata dasar. Namun dipisah penulisannya jika dirangkai dengan kata berimbuhan.
Contoh: Mahabijaksana; Mahatahu; Mahabesar.
Maha Pengasih; Maha Pemurah; peri keadilan; peri kemanusiaan.
Tetapi, khusus kata ESA, walaupun berupa kata dasar, gabungan kata maha dan esa ditulis terpisah => Maha Esa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar